Minggu, 09 September 2012

Waspada Teman


Di UFUK sana , ada orang yang mengaku dirinya sebagai teman; padahal di antara mereka, saya, dan Anda, sama sekali tidak ada hal yang layak untuk dikatakan sebagai sahabat. Memang , mereka tidak mengharapkan manfaat apapun dari kita dan tidak pernah merasa khawatir akan sesuatu bencana. Tapi, terkadang mereka menghendaki suatu bencana menimpa kita. Dan untuk mewujudkan keinginannya itu, dia berjuang mati – matian mengorbankan apa saja dan tidak peduli seberapa mahal harga yang harus dia keluarkan untuk merealisasikan maksud itu.
            Mereka tidak peduli Anda menanggung beban yang pernah dengan muatan dosa karena perbuatan yanga dilakukan bersama Anda, penulis, atau orang lain.
            Kita akan muak ketika bertemu dengan salah satu seseorang di antara mereka demi mengetahui jiwanya yang busuk dan perilakunya yang dibuat – buat. Dia akan tersenyum saat melihat Anda lantas menyodorkan secangkir teh. Dalam rangka mengelabui temannya, langkahnya untuk menarik simpati tidak berhenti sampai di situ. Dia mulai berbicara dengan memaki – maki pimpinannya dan mengungkit – ungkit berbagai faslitas dan kenikmatan yang diperoleh sang pemimpin. Padahal dia sendiri sedang berjuang meramba jalan untuk sampai ke kursi pimpinan dan duduk di kursi empuk yang dipergunjungkannya.
            Mengapa dia mencari dan menjelek – jelekkkan pimpinannya ? Dan mengapa dia menonjol – nonjolkan dirinya seakan – akan dia ingin mengabdikan seluruh hidupnya untuk memenuhi segala keinginan dan aspirasi umat? Ingin diakui sebagai pahlawan ? Begitukah caranya ? Tangannya pun sangat pendek untuk membantu dan melapangkan orang lain?
            Kita akan terus bertanya – tanya, apakah dia bersugguh – sungguh dengan segala tuduhan yang dilontarkannya? Jawabannya sangat sederhana: kita semua maklum, watak manusia bermacam – macam adanya, ada yang jujur,  ada pula yang pendusta. Satu hal yang mudah disepakati, orang yang benar – benar jujur itu jumlahnya sangat sedikit.
            Yang pasti, walau bagaimanapun, tindakan mencaci maki itu sungguh suatu sikap yang tercela. Kewajiban ikhwan dikala melihat orang yang diperbudak hawa nafsu adalah memberinya nasihat . Dan cara memberi nasihat ini pun harus dengan penuh tanggung jawab, ikhlas, dan benar-benar menyentuh hakikat permasalahannya. Atau, barangkali, bagi mereka, hasutan dan caci maki itu merupakan jembatan untuk mencapai kursi putar yang empuk? Jika demikian adanya, profesi mereka hanyalah pedagang produk kedustaan dan pemborong isu – isu. Dia sama sekali tidak mengakui keberadaan teman dn peranannya dalam hidup. Padahal, lantaran mereka itulah keberadaanyadiakui oleh lingkungan sekitarnya.
            Mereka ingin agar Anda segera melontarkan celaan dan hinaan terhadap orang yang dimaksud, setelah dia memburuk – burukkannya di hadapan Anda. Perilaku semacam itu sungguh meurunkan tingkat tanggung jawab mereka. Bersamaan dengan itu, derajat mereka pun merosot laksana banjir yang terjun ke jurang yang dalam.
            Suatu ketika, Anda mungkin akan merasa heran melihat mereka bersikap tak acuh dan kurang peduli ketika ada orang yang datang pada mereka untuk mengadu. Seakan telinga mereka telah pekak dan tak punya daya tangkap lagi.
            Dan Anda pun jangan heran jika suatu ketika dilecehkan. Dalam kesempatan berbincang – bincang dengannya tentang suatu pokok persoalan misalnya, mendadak saja dia memperlihatkan kehilangan minat pada masalah yang sedang dipercakapkan. Dia malah sibuk bercakap – cakap dengan orang yang baru datang. Keduanya saling berbisik, tersenyum,  dan tertawa – tawa yang sungguh tidak ada tempatnya.
            Barngkali ada yang bertanya: apa hubungan kita dengan ilustrasi di atas? Bukankah kita tengah berhadapan dengan buku berjudul Awas, Bahaya Teman! Dilihat dari format buku penulis setuju dengan Anda. Namun , ditinjau dari sisi objektivitas, penulis tidak sependapat. Pembahasan ini justru mengantarkan kita pada penampilan macam – macam teman dari kelompok ini.
            Di mana relevansinya? Jelas . teman macam mereka nyatanya banyak sekali dijumpai pada zaman ini. Kalaupun penulis menampilkan figur – figur mereka secara utuh berikut nasihat – nasihat, mereka bukannya sadar; justru terkadang mereka berusaha berbuat buruk pada Anda. Maka, waspadailah mereka.

Daftar pustaka
As-Suderi, Muhammad. 1997.  Bahaya Teman. Jakarta: Gema Insani Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar