Di UFUK sana , ada orang yang mengaku dirinya
sebagai teman; padahal di antara mereka, saya, dan Anda, sama sekali tidak ada
hal yang layak untuk dikatakan sebagai sahabat. Memang , mereka tidak
mengharapkan manfaat apapun dari kita dan tidak pernah merasa khawatir akan
sesuatu bencana. Tapi, terkadang mereka menghendaki suatu bencana menimpa kita.
Dan untuk mewujudkan keinginannya itu, dia berjuang mati – matian mengorbankan
apa saja dan tidak peduli seberapa mahal harga yang harus dia keluarkan untuk
merealisasikan maksud itu.
Mereka
tidak peduli Anda menanggung beban yang pernah dengan muatan dosa karena
perbuatan yanga dilakukan bersama Anda, penulis, atau orang lain.
Kita
akan muak ketika bertemu dengan salah satu seseorang di antara mereka demi
mengetahui jiwanya yang busuk dan perilakunya yang dibuat – buat. Dia akan
tersenyum saat melihat Anda lantas menyodorkan secangkir teh. Dalam rangka
mengelabui temannya, langkahnya untuk menarik simpati tidak berhenti sampai di
situ. Dia mulai berbicara dengan memaki – maki pimpinannya dan mengungkit –
ungkit berbagai faslitas dan kenikmatan yang diperoleh sang pemimpin. Padahal
dia sendiri sedang berjuang meramba jalan untuk sampai ke kursi pimpinan dan
duduk di kursi empuk yang dipergunjungkannya.
Mengapa
dia mencari dan menjelek – jelekkkan pimpinannya ? Dan mengapa dia menonjol –
nonjolkan dirinya seakan – akan dia ingin mengabdikan seluruh hidupnya untuk
memenuhi segala keinginan dan aspirasi umat? Ingin diakui sebagai pahlawan ?
Begitukah caranya ? Tangannya pun sangat pendek untuk membantu dan melapangkan
orang lain?
Kita
akan terus bertanya – tanya, apakah dia bersugguh – sungguh dengan segala
tuduhan yang dilontarkannya? Jawabannya sangat sederhana: kita semua maklum,
watak manusia bermacam – macam adanya, ada yang jujur, ada pula yang pendusta. Satu hal yang mudah
disepakati, orang yang benar – benar jujur itu jumlahnya sangat sedikit.
Yang
pasti, walau bagaimanapun, tindakan mencaci maki itu sungguh suatu sikap yang
tercela. Kewajiban ikhwan dikala melihat orang yang diperbudak hawa nafsu
adalah memberinya nasihat . Dan cara memberi nasihat ini pun harus dengan penuh
tanggung jawab, ikhlas, dan benar-benar menyentuh hakikat permasalahannya.
Atau, barangkali, bagi mereka, hasutan dan caci maki itu merupakan jembatan
untuk mencapai kursi putar yang empuk? Jika demikian adanya, profesi mereka
hanyalah pedagang produk kedustaan dan pemborong isu – isu. Dia sama sekali
tidak mengakui keberadaan teman dn peranannya dalam hidup. Padahal, lantaran
mereka itulah keberadaanyadiakui oleh lingkungan sekitarnya.
Mereka
ingin agar Anda segera melontarkan celaan dan hinaan terhadap orang yang
dimaksud, setelah dia memburuk – burukkannya di hadapan Anda. Perilaku semacam
itu sungguh meurunkan tingkat tanggung jawab mereka. Bersamaan dengan itu,
derajat mereka pun merosot laksana banjir yang terjun ke jurang yang dalam.
Suatu
ketika, Anda mungkin akan merasa heran melihat mereka bersikap tak acuh dan
kurang peduli ketika ada orang yang datang pada mereka untuk mengadu. Seakan
telinga mereka telah pekak dan tak punya daya tangkap lagi.
Dan
Anda pun jangan heran jika suatu ketika dilecehkan. Dalam kesempatan berbincang
– bincang dengannya tentang suatu pokok persoalan misalnya, mendadak saja dia
memperlihatkan kehilangan minat pada masalah yang sedang dipercakapkan. Dia
malah sibuk bercakap – cakap dengan orang yang baru datang. Keduanya saling
berbisik, tersenyum, dan tertawa – tawa
yang sungguh tidak ada tempatnya.
Barngkali
ada yang bertanya: apa hubungan kita dengan ilustrasi di atas? Bukankah kita
tengah berhadapan dengan buku berjudul Awas,
Bahaya Teman! Dilihat dari format buku penulis setuju dengan Anda. Namun ,
ditinjau dari sisi objektivitas, penulis tidak sependapat. Pembahasan ini
justru mengantarkan kita pada penampilan macam – macam teman dari kelompok ini.
Di
mana relevansinya? Jelas . teman macam mereka nyatanya banyak sekali dijumpai
pada zaman ini. Kalaupun penulis menampilkan figur – figur mereka secara utuh
berikut nasihat – nasihat, mereka bukannya sadar; justru terkadang mereka
berusaha berbuat buruk pada Anda. Maka, waspadailah mereka.
Daftar pustaka
As-Suderi, Muhammad.
1997. Bahaya Teman. Jakarta: Gema Insani Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar