Di tengah-tengah gersangnya gurun pasir dan sesaknya zaman
oleh kezaliman ,muncul setitik embun yang menghadirkan harapan ,yaitu ke-Islaman
Umar bin Al-khathab .Orang yang kelak akan menjadi salah satu Khalifah dan penerus
perjuangan Rasulullah dalam menegakkan Islam ini ,masuk Islam pada bulan
Dhulhijjah ,tahun ke-6 dari nubuwah ,tepatnya 3 hari setelah ke-Islaman Hamzah
bin Abdul-Muthalib.
Sebelum bercerita ketika Umar bin Khattab ikut menegakkan
syariat Islam di bumi Mekkah ,alangkah baiknya jika kita membahas tentang watak
dan perasaan beliau. Umar bin khattab dikenal sebagai orang yang menjaga
kehormatan dirinya dan memiliki watak yang tempramental .Setiap kali dia berpapasan dengan
orang-orang Muslim, pasti dia menimpakan berbagai macam siksaan. Namun yang
pasti, di dalam hatinya bergolak berbagai macam perasaan yang sebenarnya saling
bertentangan. Pertentangan yang
melingkupi hatinya terjadi antara penghormatannya terhadap tradisi-tradisi
leluhur berupa kebebasan menenggak minuman keras hingga mabuk lalu bercanda ria
,dengan kesabaran orang-orang Muslim
dalam menghadapi cobaan dalam rangka mempertahankan akidahnya. Keadaan ini ditambah lagi dengan
keragu-raguan yang terdapat pada dirinya ,karena bagi siapapun yang berakal
,pasti menyadari apa yang diserukan Islam jauh lebih indah dan agung daripada
yang lain.
Saat
itu Umar bin Khattab keluar rumah sambil
menghunus pedangnya ,dengan maksud ingin menghabisi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Di tengah
jalan dia berpapasan dengan salah
seorang pemeluk Islam namun menyembunyikan ke-Islamannya bernama Nu’aim bin
Abdullah An-Nahlam Al-Adwy .
“Hendak kemana engkau wahai Umar?” Tanya laki-laki itu.
“Aku hendak menghabisi Muhammad” Jawab Umar bin Khattab.
“Apa yang bisa menjamin keamanan dirimu dari pembalasan Bani
Hasyim dan Bani Zuhrah jika engkau membunuh Muhammad?”
“Menurut pengamatanku, rupanya engkau telah keluar dan
meninggalkan agama yang telah engkau peluk selama ini.” Kata Umar.
“Bagaiana jika kutunjukkan sesuatu yang membuatmu lebih
tercengang wahai Umar? Sesungguhnya saudarimu dan adik iparmu juga telah keluar
dari agama serta meninggalkan agama yang selama ini engkau peluk.”
Dengan
terburu-buru Umar bin Khatab pergi ke
rumah adik perempuannya yang saat itu
sedang ada pula Khabbab bin Al-Art yang sedang mengajarkan Al-Qur’an kepada
adik ipar dan adiknya yaitu Sa’id bin
Zaid dan istrinya Fatimah binti Al-Khatab
. Ketika Khabbab mendengar suara kedatangan Umar, dia bersembunyi ke belakang
ruangan ,sedangkan Fatimah menyembunyikan Al-Qur’an ,namun ternyata Umar sempat
mendengar bacaan ayat Al-Qur’an Khabbab.
“Apa
suara bisik-bisik yang sempat kudengar dari kalian tadi?” tanya Umar ketika
masuk rumah.
“Hanya
sekedar obrolan diantara kami.” Jawab adik dan adik iparnya.
“Kupikir
kalian berdua sudah keluar dari agama.” Kata Umar
“Wahai
umar.” Kata adik iparnya , “Apa pendapatmu jika kebenaran ada dalam agama selain
agamamu?”
Seketika
Umar melompat kearah adik iparnya dan menginjaknya keras-keras. Fatimah,
adiknya mendekat untuk menolong suaminya ,namun tiba-tiba Umar menonjok Fatimah
hingga wajahnya berdarah.
“Wahai Umar.” Kata Fatimah dengan berang, “jika memang
kebenaran itu ada pada agama selain agamamu ,maka bersaksilah bahwa tiada Ilah selain Allah dan bersaksilah bahwa
Muhammad adalah Rasul Allah.”
Umar
mulai merasa putus asa .Dia melihat arah yang meleleh dari wajah adiknya ,dia
merasa menyesal dan malu atas perbuatannya .
“Berikan
Al-Kitab yang tadi kalian baca!” Kata Umar.
Adiknya menjawab, “Engkau masih najis ,Al-Kitab ini tidak
boleh disentuh kecuali orang-orang yang suci. Bangunlah dan mandilah jika mau!”
Maka
Umar segera mandi setelah itu Fatimah memberikannya Al-Qur’an.
Dia mulai membaca isinya, “Bismillahir-rahmanir-rahim.”
Lalu dia berkata. “Nama-nama yang bagus dan suci,” Kemudian dia membaca
“Thaha,” Umar membaca hingga
berhenti pada firman Allah.

“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Thaha: 14)
Setelah itu Umar berkata “Alangkah indah dan mulianya!
Tunjukkan padaku dimana Muhammad berada saat ini!”
Seketika
Khabbab yang sedang bersembunyi keluar ketika mendengar perkataan Umar ,lalu
berkata “Terimalah kabar gembira wahai Umar. Karena aku benar-benar berharap
agar doa Rasulullah Shallahu Alaihi wa
Sallam itu jatuh kepada dirimu. Rasulullah saat ini berada di suatu rumah
di kaki bukit Shafa.”
Umar
memungut pedangnya dan menghunusnya. Kemudian dia pergi ke tempat yang
dimaksud. Dia menggedor pintu. Seseorang mengintip dari celah pintu ,dia
melihat sosok Umar yang berdiri sambil menghunuskan pedangnya. Orang itu
memberitahu Rasulullah ,lalu mengumpulakan orang-orang di satu tempat.
“Ada
apa kalian ini?” tanya Hamzah salah seorang sahabat.
“Ada
umar.” Mereka menjawab.
“Umar?
Bukakan pintu. Jika kedatangannya untuk maksud yang baik, maka kami akan
memberinya. Namun jika dia datang dengan maksud yang buruk, kami akan
membunuhnya dengan pedangnya sendiri.”
Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam turun
campur tangan dengan memberi isyarat agar Hamzah menghampiri Umar. Maka Hamzah
menemui Umar di luar lalu membawanya bertemu beliau Umar di
dalam salah satu ruangan. Rasulullah memegang baju dan pegangan pedang Umar,
lalu menariknya dengan tarikan yang keras, seraya bersabda, “Apakah engkau
tidak mau menghentikan tindakanmu wahai Umar, hingga Allah menurunkan kehinaan
dan bencana seperti yang menimpa Al-Wadid bin Al-Mughirah? Ya Allah. Inilah
Umar bin Al-Khatab.”
Umar
berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain
Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah.”
Jadilah
Umar masuk Islam. Semua yang ada di dalam rumah itu bertakbir secara serempak .
sehingga takbir mereka bisa didengar orang-orang yang ada di Masjidil-Haram.
Umar adalah orang yang memiliki
watak temperamental dan sulit dihalang-halangi. Sehingga ke-Islamannya
mengguncangkan orang-orang Musrik dan menorehkan kehinaan bagi mereka.
Sebalinya, hal itu mendatangkan kehormatan, kekuatan dan kegembiraan bagi
orang-orang Muslim.
Sebelumnya Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam telah
berdoa kepada Allah “Ya Allah. Kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua
orang yang paling Engkau cintai, dengan Umar bin Al-Khattab atau dengan Abu
Jahal bin Hisyam”.
Ternyata diantara dua orang Quraisyi yang sangat keras
menentang Islam ,Allah menghendaki Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu Anhu lah yang masuk Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar