Kalian tentu pelangi bukan? Menurut kalian pelangi itu apa? Tidak, kali ini saya tidak akan membahas tentang filosofi pelangi. Saya hanya ingin meminjam pelangi sebagai nama tokoh dalam cerita saya.
***
Jingga
Namaku Jingga. Aku hidup
bahagia walau ibuku hanya seorang tukang jahit. Bagiku, ibu adalah air. Selalu
ada untuk menyejukkan hatiku. Entah apa yang akan kulakukan jika ibu tidak ada.
Pelangi
Namaku Pelangi. Aku
hidup dengan bergelimpangan harta tapi sayangnya aku tak bahagia. Ibuku seorang
wanita karir yang selalu menuntut aku untuk menjadi yang terbaik. Bagiku, ibu
adalah api. Selalu membuat hatiku terbakar bahkan hangus. Kadang aku berfikir
untuk tidak memiliki ibu.
Jingga
"Alhamdulillah, ibu aku naik kelas."Aku senang
"Kamu hebat, jingga. Kamu anak yang hebat." Ibu memujiku.
Mendengar pujian ibu, aku hanya menyeringai senang. Dalam hal seperti ini ibu terkadang berlebihan. Aku kan hanya naik kelas, itupun aku peringkat kedua terakhir, apanya yang hebat? Seharusnya yang hebat itu ibu, ibu tidak pernah marah ketika aku hanya mendapat peringkat terbawah. Ibu juga tidak pernah menuntut aku untuk memenuhi keinginanku. ibu memang paling TOP deh.
Pelangi
"Aku hanya peringkat 2, bu."
"Apa? Kamu itu anak yang tidak berguna. Ibu sudah capek bekerja buat kamu. Tapi, hanya ini yang bisa kamu berikan? Nilai apa ini?" ibu berteriak dan melemparkan rapor ke wajahku.
"Ibu tidak usah bekerja untuk aku!! Toh, sebesar apapun nilai yang kudapatkan itu takkan membuat ibu puas!!" Aku melawan, rasanya dadaku sesak. Ya Allah, maafkan aku. Aku membentak surgaku, Ya Allah. Aku membantah dia.
"Kamu anak durhaka." Plaaakkk, tangan ibu mendarat mulus di pipiku. Yah, ibu menamparku.
Tak terasa, air mataku tumpah ruah. Ini untuk kesekian kalinya ibu menamparku. Tapi, untuk pertama kalinya ibu mengataiku anak durhaka. Sungguh perkataan itu bernilai jutaan tamparan bagiku.
Inikah ibu yang kata orang-orang kasihnya sepanjang masa? Inikah ibu yang kata orang-orang akan selalu melindungi anaknya? Inikah ibu yang merelakan hidupnya demi membesarkan anak-anaknya? Umurku sudah 16 tahun, dan sungguh aku belum pernah merasakan pelukan ibu.
*bersambung
*bersambung
-Y.S-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar