بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ukhtifillah, pada postingan kali ini kami akan membahas
mngenai Hijab yang saaangattt berarti bagi seorang Aisyah Radhiyallahu Anha. Di
simak yah (^o^)/
Aisyah merupakan istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam dan putri dari Abu Bakar As-Siddiq. Ia dijuluki “Ash-Shiddiqah” atau
perempuan yang benar dan lurus. Aisyah selalu berkata benar dan melakukan
segala yang diperintahkan oleh suaminya. Sama halnya dengan hijab.
Aisyah sangat memerhatikan hijab, terutama setelah ayat-ayat
tentang hijab itu diturunkan. Jika Aisyah menginginkan agar seorang murid
laki-laki bisa menemuinya, maka ia akan memerintahkan salah seorang kerabat
perempuannya - saudarinya atau putri saudarinya – untuk membiarkan air susunya
diminum oleh anak laki-laki itu. Hal itu Aisyah lakukan berdasarkan sebuah
hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dengan proses proses penyusuan
semacam itu, murid laki-laki itu memiliki status yang sama seperti cucu susuan
Aisyah sendiri sehingga ia bisa menemuinya sebagaimana lazimnya dua orang yang
memiliki hubungan mahram.
Sementara itu Aisyah tidak pernah menampakkan diri kepada
murid-murid laki-laki lain yang tidak disusui dengan cara seperti di atas. Ia
selalu membentangkan hijab dan mengajar mereka dari dibalik tirai.
Salah satu bukti bahwa Aisyah sanagt memerhatikan persoalan
hijab adalah kenyataan bahwa ia tidak
pernah melakukan thawaf bersama kaum laki-laki. Ia selalu melakukan thawaf
secara terpisah dari mereka. Ketika seorang perempuan mengajak Aisyah untuk
mengusap Hajar Aswad, ia enggan dan menolak ajakan itu. (HR. Bukhari)
Jika Aisyah hendak
melaksanakan thawaf pada siang hari, ia memerintahkan agar tempat thawaf
dikosongkan dari para laki-laki. (HR. Bukhari dan Ahmad)
Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Aisyah menutupi
wajahnya dengan jilbab saat melakukan thawaf.
Suatu hari, seorang
budak laki-laki menemui Aisyah dan menyerahkan sisa uang tebusannya. Maka Aisyah
berkata, “Setelah ini, engkau tidak boleh lagi menemuiku. Engkau harus berjihad
di jalan Allah.”
(HR. Ahmad dan Thabrani)
Sifat wara’ dan ketegasan Aisyah dalam persoalan hijab
terlihat ketika ia menerima kunjungan
Ishak, seorang tabi’in yang buta, dari balik hijab. Ishak berkata dengan heran,
“Mengapa engkau berhijab dariku padahal aku bisa melihatmu?” Aisyah menjawab, “Ya,
Engkau memang tidak bisa melihatku. Tetapi, bukankah aku bisa melihatmu ?”
Riwayat ini dikutip dari ath-Thabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa’ad.
Syariat Islam sama sekali tidak mengharuskan untuk berhijab
dari para laki-laki yang telah meninggal dunia. Tetapi, Aisyah selalu
menunjukkan sikap wara’ dan perhatian yang besar kepada persoalan hijab.
Setelah Umar meninggal dunia dan dikuburkan di rumahnya, Aisyah selau
mengenakan hijabsaat berada di sana. Ia berkata, “Dulu, aku mengunjungi kuburan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
dan Abu Bakar tanpa mengenakanh hijab. Hatiku membatin, ‘Dua orang ini adalah
suami dan ayah kandungku.’ Tetapi, setelah Umar dikuburkan si sana juga, demi
Allah, aku tidak pernah pergi ke sana tanpa mengenakan pakaian lengkapku. Aku
merasa malu kepada Umar.” (HR. Hakim)
Nahh.. Ukht, bgmana skarng ?? Aisyah ra. sangat menghargai
dan mementingkan hijabnya. Jika kita ingin menjadi seprti seorang Aisyah ra. ataukah
mnjadi seorang muslimah sejati maka mari kita mulai menghargai hijab kita
karena hijab adalah izza kita sbgai seorang muslimah.
Sekian dari kami,
Syukran wa Jazakumullahu Khair
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh J