Jumat, 23 November 2012

Kisah Umar bin Khattab

Di tengah-tengah gersangnya gurun pasir dan sesaknya zaman oleh kezaliman ,muncul setitik embun yang menghadirkan harapan ,yaitu ke-Islaman Umar bin Al-khathab .Orang yang kelak akan menjadi salah satu Khalifah dan penerus perjuangan Rasulullah dalam menegakkan Islam ini ,masuk Islam pada bulan Dhulhijjah ,tahun ke-6 dari nubuwah ,tepatnya 3 hari setelah ke-Islaman Hamzah bin Abdul-Muthalib.

                 Sebelum bercerita ketika Umar bin Khattab ikut menegakkan syariat Islam di bumi Mekkah ,alangkah baiknya jika kita membahas tentang watak dan perasaan beliau. Umar bin khattab dikenal sebagai orang yang menjaga kehormatan dirinya dan memiliki watak yang tempramental  .Setiap kali dia berpapasan dengan orang-orang Muslim, pasti dia menimpakan berbagai macam siksaan. Namun yang pasti, di dalam hatinya bergolak berbagai macam perasaan yang sebenarnya saling bertentangan.  Pertentangan yang melingkupi hatinya terjadi antara penghormatannya terhadap tradisi-tradisi leluhur berupa kebebasan menenggak minuman keras hingga mabuk lalu bercanda ria  ,dengan kesabaran orang-orang Muslim dalam menghadapi cobaan dalam rangka mempertahankan akidahnya.  Keadaan ini ditambah lagi dengan keragu-raguan yang terdapat pada dirinya ,karena bagi siapapun yang berakal ,pasti menyadari apa yang diserukan Islam jauh lebih indah dan agung daripada yang lain.
                Saat itu Umar bin Khattab  keluar rumah sambil menghunus pedangnya ,dengan maksud ingin menghabisi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Di tengah jalan dia berpapasan dengan  salah seorang pemeluk Islam namun menyembunyikan ke-Islamannya bernama Nu’aim bin Abdullah An-Nahlam Al-Adwy .
“Hendak kemana engkau wahai Umar?”  Tanya laki-laki itu.
“Aku hendak menghabisi Muhammad” Jawab Umar bin Khattab.
“Apa yang bisa menjamin keamanan dirimu dari pembalasan Bani Hasyim dan Bani Zuhrah jika engkau membunuh Muhammad?”
“Menurut pengamatanku, rupanya engkau telah keluar dan meninggalkan agama yang telah engkau peluk selama ini.” Kata Umar.
“Bagaiana jika kutunjukkan sesuatu yang membuatmu lebih tercengang wahai Umar? Sesungguhnya saudarimu dan adik iparmu juga telah keluar dari agama serta meninggalkan agama yang selama ini engkau peluk.”
                Dengan terburu-buru Umar  bin Khatab pergi ke rumah  adik perempuannya yang saat itu sedang ada pula Khabbab bin Al-Art yang sedang mengajarkan Al-Qur’an kepada adik ipar dan adiknya  yaitu Sa’id bin Zaid dan  istrinya Fatimah binti Al-Khatab . Ketika Khabbab mendengar suara kedatangan Umar, dia bersembunyi ke belakang ruangan ,sedangkan Fatimah menyembunyikan Al-Qur’an ,namun ternyata Umar sempat mendengar bacaan ayat Al-Qur’an Khabbab.
                “Apa suara bisik-bisik yang sempat kudengar dari kalian tadi?” tanya Umar ketika masuk rumah.
                “Hanya sekedar obrolan diantara kami.” Jawab adik dan adik iparnya.
                “Kupikir kalian berdua sudah keluar dari agama.” Kata Umar
                “Wahai umar.” Kata adik iparnya , “Apa pendapatmu jika kebenaran ada dalam agama selain agamamu?”
                Seketika Umar melompat kearah adik iparnya dan menginjaknya keras-keras. Fatimah, adiknya mendekat untuk menolong suaminya ,namun tiba-tiba Umar menonjok Fatimah hingga wajahnya berdarah.
“Wahai Umar.” Kata Fatimah dengan berang, “jika memang kebenaran itu ada pada agama selain agamamu ,maka bersaksilah bahwa tiada Ilah selain Allah dan bersaksilah bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.”
                Umar mulai merasa putus asa .Dia melihat arah yang meleleh dari wajah adiknya ,dia merasa menyesal dan malu atas perbuatannya .
                “Berikan Al-Kitab yang tadi kalian baca!” Kata Umar.
Adiknya menjawab, “Engkau masih najis ,Al-Kitab ini tidak boleh disentuh kecuali orang-orang yang suci. Bangunlah dan mandilah jika mau!”
                Maka Umar segera mandi setelah itu Fatimah memberikannya Al-Qur’an.
Dia mulai membaca isinya, “Bismillahir-rahmanir-rahim.” Lalu dia berkata. “Nama-nama yang bagus dan suci,” Kemudian dia membaca
“Thaha,” Umar membaca hingga berhenti pada firman Allah.

“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Thaha: 14)
Setelah itu Umar berkata “Alangkah indah dan mulianya! Tunjukkan padaku dimana Muhammad berada saat ini!”
                Seketika Khabbab yang sedang bersembunyi keluar ketika mendengar perkataan Umar ,lalu berkata “Terimalah kabar gembira wahai Umar. Karena aku benar-benar berharap agar doa Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam itu jatuh kepada dirimu. Rasulullah saat ini berada di suatu rumah di kaki bukit Shafa.”
                Umar memungut pedangnya dan menghunusnya. Kemudian dia pergi ke tempat yang dimaksud. Dia menggedor pintu. Seseorang mengintip dari celah pintu ,dia melihat sosok Umar yang berdiri sambil menghunuskan pedangnya. Orang itu memberitahu Rasulullah ,lalu mengumpulakan orang-orang di satu tempat.
                “Ada apa kalian ini?” tanya Hamzah salah seorang sahabat.
                “Ada umar.” Mereka menjawab.
                “Umar? Bukakan pintu. Jika kedatangannya untuk maksud yang baik, maka kami akan memberinya. Namun jika dia datang dengan maksud yang buruk, kami akan membunuhnya dengan pedangnya sendiri.”
                Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam turun campur tangan dengan memberi isyarat agar Hamzah menghampiri Umar. Maka Hamzah menemui Umar di luar lalu membawanya bertemu beliau  Umar  di dalam salah satu ruangan. Rasulullah memegang baju dan pegangan pedang Umar, lalu menariknya dengan tarikan yang keras, seraya bersabda, “Apakah engkau tidak mau menghentikan tindakanmu wahai Umar, hingga Allah menurunkan kehinaan dan bencana seperti yang menimpa Al-Wadid bin Al-Mughirah? Ya Allah. Inilah Umar bin Al-Khatab.”
                Umar berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah.”
                Jadilah Umar masuk Islam. Semua yang ada di dalam rumah itu bertakbir secara serempak . sehingga takbir mereka bisa didengar orang-orang yang ada di Masjidil-Haram.
                Umar adalah orang yang memiliki watak temperamental dan sulit dihalang-halangi. Sehingga ke-Islamannya mengguncangkan orang-orang Musrik dan menorehkan kehinaan bagi mereka. Sebalinya, hal itu mendatangkan kehormatan, kekuatan dan kegembiraan bagi orang-orang Muslim.

Sebelumnya Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam telah berdoa kepada Allah “Ya Allah. Kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai, dengan Umar bin Al-Khattab atau dengan Abu Jahal bin Hisyam”.
Ternyata diantara dua orang Quraisyi yang sangat keras menentang Islam ,Allah menghendaki Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu Anhu lah yang masuk Islam.